Portalberitalombok

Berita Seputar Lombok Hari ini

Perang Dagang AS-China Diharapkan Tak Pengaruhi Harga Tahu dan Tempe

Harga Tahu dan Tempe

Harga Tahu dan Tempe

portalberitalombok.net – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali meningkat setelah kedua negara menerapkan tarif tambahan terhadap sejumlah komoditas ekspor-impor masing-masing. Meski demikian, pelaku industri tahu dan tempe di Indonesia berharap kondisi tersebut tidak berdampak signifikan terhadap harga kedelai, bahan baku utama produk pangan tradisional tersebut.

Sebagaimana diketahui, Indonesia masih sangat bergantung pada impor kedelai, dengan lebih dari 90 persen pasokan berasal dari Amerika Serikat. Kenaikan tarif atau hambatan distribusi global dikhawatirkan bisa mendorong lonjakan harga kedelai, yang otomatis akan berdampak pada harga tahu dan tempe di tingkat konsumen.

Namun, menurut Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, hingga saat ini belum terlihat indikasi kenaikan harga kedelai yang signifikan di pasar domestik. “Memang kita terus memantau situasi global, terutama pergerakan harga di bursa kedelai internasional. Tapi sejauh ini, harga kedelai masih cenderung stabil di kisaran Rp9.000 hingga Rp10.000 per kilogram,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (24/4).

Syarifuddin juga mengungkapkan bahwa pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian telah menyatakan komitmennya untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga kedelai. “Pemerintah sedang menjajaki diversifikasi sumber impor dari negara-negara lain seperti Brasil dan Argentina sebagai antisipasi jika pasokan dari AS terganggu,” tambahnya.

Di sisi lain, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda, menilai bahwa dampak perang dagang AS-China terhadap Indonesia lebih bersifat tidak langsung. “Memang ada potensi ketegangan ini berdampak pada distribusi global dan logistik, tapi kita masih punya ruang untuk manuver lewat perjanjian dagang alternatif dan peningkatan produksi lokal,” katanya.

Sebagai langkah jangka panjang, pemerintah juga tengah menggencarkan program peningkatan produksi kedelai lokal. Namun hingga kini, produktivitas kedelai domestik masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan nasional yang mencapai sekitar 2,7 juta ton per tahun.

Sementara itu, beberapa pedagang tahu dan tempe di pasar tradisional Jakarta menyatakan belum menaikkan harga jual. “Harga tahu masih Rp500 per potong, dan tempe Rp5.000 per papan. Kalau kedelainya naik, baru kita sesuaikan,” kata Siti Aminah, pedagang di Pasar Minggu.

Masyarakat pun berharap harga produk pangan berbasis kedelai ini tetap terjangkau, mengingat tahu dan tempe merupakan sumber protein nabati yang populer dan terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.

Dengan situasi global yang masih dinamis, pemerintah diminta terus memperkuat cadangan pangan dan menjamin kelancaran distribusi agar gejolak eksternal tidak membebani konsumsi dalam negeri, terutama bahan pangan pokok seperti tahu dan tempe.